M n E m O n I c [mne·mon·ic]

a. pertaining to or aiding memory; n. device to aid memory. mnemonical, a. mnemonize, v.t. make into a mnemonic. mnemonism, n. practice of mnemonics. mnemonics, mnemotechny, n. system of improving memory. © From the Hutchinson Encyclopaedia. Helicon Publishing LTD 2000.

Thursday, June 09, 2005

Mulailah Dari Diri Sendiri

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri".
(QS. Ar-Ra#8217;d:11).

Menyadari realitas ummat saat ini yang menyedihkan dilihat dari berbagai aspeknya, seharusnya memunculkan kesadaran kaum muslimin bergerak untuk memperbaikinya. Setiap muslim, seharusnyalah bergabung dalam upaya perbaikan dan pembangunan ummat (ishlah). Kemunduran yang terjadi pada ummat, harus dirubah sebab-sebab yang menjadikannya demikian. Ketergantungan dalam bidang ekonomi, dimana kaum muslimin tidak mampu mandiri dan berdiri tegak dengan potensi dan sumbedaya yang dimilikinya.

Keterbelakangan dalam bidang ilmu pengetahuan teknologi sehingga kaum muslimin menjadi pengekor dari setiap produk yang ditawarkan ummat lain. Keterikatan ummat secara politis kepada ummat lain yang menjadikan ummat Islam tidak memiliki sikap kecuali apa yang direstui atau didiktekan bangsa lain. Dan kerusakan di bidang akhlak dimana sikap dan perilaku kaum muslimin telah melebur jatidirinya dengan gaya hidup ummat lain. Semua itu, haruslah membangkitkan semangat untuk bergerak dalam upaya perbaikan.

Tetapi, bagaimanakah kita harus bergerak memperbaiki kerusakan yang sedemikian akut dan rumit? Darimanakah kita memulai membangun kembali bangunan ummat yang terserak dalam berbagai pemikiran dan orientasi dalam hidupnya? Gerakan perbaikan macam apa yang harus kita lakukan untuk membangkitkan kembali kesadaran ummat dan mengembalikan jati diri ummat?

Tidak ada perselisihan di kalangan ulama ummat, bahwa yang menyebabkan kemunduran kaum muslimin saat ini, adalah jauhnya Islam dari kehidupan ummat. Maka, gerakan perbaikan ummat adalah gerakan untuk mengembalikan Islam dalam kehidupan kaum muslimin. Gerakan untuk kembali kepada Islam (Back to Islam). Islam sebagai agama yang membentuk kerangka nilai, cara pandang, sikap dan perilaku kaum muslimin dalam seluruh aspek kehidupannya. Inilah gerakan perbaikan, dimana kaum muslimin
yang sadar dan peduli atas nasib ini, untuk bergabung dalam arusnya.

Pada ayat di atas, Allah SWT telah menggariskan prinsip perubahan pada ummat. Perubahan ummat terjadi dengan perubahan yang terjadi pada individu yang menyusun ummat. Apabila setiap individu bangkit memperbaiki dirinya, kembali mengikatkan dirinya pada tatanilai dan aturan Islam, maka itulah awal perubahan dan perbaikan ummat ini. Itulah prinsip perubahan yang telah menjadi sunnatullah dalam kehidupan ini. Dalam prinsip itu pulalah, Rasulullah SAW memulai perbaikan ummat. Melalui perubahan individu, beliau mulai membangun ummat. Rumah al-Arqam (Darul Arqam) tercatat abadi sebagai madrasah Rasulullah SAW, tempat beliau membina para shahabat secara intensif. Di rumah ini, Rasulullah SAW membersihkan jiwa para shahabatnya, mengajarkan al-Qur#8217;an, dan melalui hikmah dan keteladanan menciptakan gambaran yang nyata dalam sikap dan perilaku. Dari rumah-rumah #8220;Arqam#8221; inilah lahir generasi baru ke tengah ummat, dan memiliki daya gerak yang luar biasa dalam upaya perbaikan.

Rasulullah SAW membina para shahabatnya, tidaklah dalam kondisi yang vakum, terlepas dari realitas ummat saat itu. Keadaan saat itu disebut jahiliyah, dalam kegelapan total atas nilai-nilai Ilahi. Sikap permusuhan ditunjukkan pada cahaya Islam, dan tindak kekerasan dialami
kaum muslimin awal. Dalam konteks yang lebih luas, pada saat itu, peradaban dunia dikuasi dua kekuatan adidaya (superpower), kekaisaran Romawi dan Persia. Semua itu disadari benar oleh Rasulullah SAW, bahkan Allah SWT membukakan #8220;peta politik#8221; itu kepada kaum muslimin
melalui surah Ar-Rum, dan ayat-ayat lainnya. Betapapun luas dan jauhnya visi Rasulullah SAW dalam membangun ummat, ia memulainya dari apa yang bisa dilakukannya pada saat itu, yakni mulai membina para shahabatnya.

Mulailah dari diri sendiri! Inilah prinsip perubahan dalam upaya pembangunan ummat. Mulailah dengan melibatkan diri dalam arus perbaikan, baik secara individual maupun bersama-sama. Memperbaiki aqidah, menelaah Islam, dan mendisiplinkan diri dalam pelaksanaan agama yang
tercermin dalam sikap dan perilaku kita seharian.

Kerinduan pada persatuan dan persaudaraan kaum muslimin seluruh dunia, yang akan mengikatkan perasaan dan sikap ummat dalam satu tubuh, haruslah menggerakan kita untuk menata jalinan tali silaturahim ini mulai dari lingkaran diri. Mulai menata pergaulan dengan ayah dan ibu
kita, adik kakak dan saudara kerabat, tetangga dan rekan kerja kita.
Unjukkanlah kepedulian kita pada kaum muslimin di Irak, Palestina dan belahan dunia lainnya, dan mulailah dengan peduli pada saudara di sekitar kita. Bagaimanakah kita bisa benar-benar peduli pada saudara kita yang jauh, apabila saudara disekitar kita abaikan.

Keinginan melihat ummat Islam sebagai sebaik-baik ummat, yang akan memimpin dan membimbing peradaban dunia, semestinyalah menyulut semangat kemandirian kita. Semangat untuk mandiri secara ekonomi, yang diwujudkan dengan kerja keras, pantang menyerah dan berkeluh kesah.
Sungguh, keangkuhan Amerika dan kesombongan Israel, tidaklah mungkin kita hadapi apabila kita masih memposisikan diri sebagai peminta-minta di hadapan mereka, secara sadar ataupun tidak. Dan sungguh, tidaklah mungkin kita membantu saudara-saudara kita, apabila diri kita sendiri pun
belum mampu mandiri dan masih dibantu orang lain. Bangkitlah dan berusahalah mandiri, sebab orang yang tidak punya apa-apa tidak akan bisa memberi apa-apa! (KH. Hilman Rosyad Syihab, Lc.)[BKS-66]

Lentera @ KotaSantri.com
Publikasi : 12-07-2004

0 Comments:

Post a Comment

<< Home