M n E m O n I c [mne·mon·ic]

a. pertaining to or aiding memory; n. device to aid memory. mnemonical, a. mnemonize, v.t. make into a mnemonic. mnemonism, n. practice of mnemonics. mnemonics, mnemotechny, n. system of improving memory. © From the Hutchinson Encyclopaedia. Helicon Publishing LTD 2000.

Thursday, June 09, 2005

RESEP OKE ASMA NADIA Salam Rumah Dunia Edisi Kamis

Pada Minggu (24/5) Rumah Dunia dikerumuni oleh berbagai komunitas dari Serang dan luar Serang, diantaranya para mahasiswa Sastra Universitas Matla’ul Anwar Cabang Carenang, IAIN, UNTIRTA, STKIP, Darul Istiqomah, dan masih banyak lagi. Bahkan ada seorang ibu datang bersama anaknya dari pasar Rebo, Jakarta Timur. Mereka jauh-jauh datang, karena acara pada hari itu adalah “Jumpa Pengarang Bersama Asma Nadia,” penulis yang telah memperoleh 2 kali penghargaan “Adhikarya IKAPI” dan “Mastera” (Majelis Sastra Asia Tenggara)

PUISI
Sebelum acara dimulai, peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan kebisaannya melalui pembacaan puisi. Ini merupakan ciri khas Rumah Dunia dalam setiap acara. Laylawati, guru MTsN Serang, membacakan ‘Aku’ karya Chairil Anwar. Kemudian Ain Quraisin, mahasiswa Sastra UNMA Carenang, membacakan “Pantun Reformasi”, yang langsung disambut tepuk tangan meriah. Akhirnya Aini mendapatkan hadiah antologi cerpen Rumah Dunia; Padi Memerah (Penerbit MU3:Books, 2005).

Wanja, anggota kelas menulis angkatan kelima, sekaligus mahasiswa UNSRI Palembang, membuka acara jumpa pengarang. Tetapi sebelum masuk ke acara inti, kelas teater Rumah Dunia mempertunjukan dramatisasi dari cerpen Asma Nadia, berjudul “Kasmaran”. Asma dan penonton terbahak-bahak menyaksikan pementasan tersebut. Cerpen “Kasmaran”, memang, menceritakan tentang komedi romantis.

Langit bersahabat pada sore itu. Acara inti pun di pandu oleh Najwa Fadia, ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Serang, yang juga pengarang. “Saya selalu grogi kalau berbicara di hadapan banyak orang pinter,” Asma membuka obrolannya. Lalu ia memaparkan tentang karya populer, proses kreatif, tentang penerbit, dan seabrek motivasi untuk menulis, agar karya yang dihasilkan bisa menjadi berkesan dan
berisi. “Saya merasa bebas untuk menulis dan tidak ‘macam-macam’ mengharapkan apa-apa. Setidaknya saya puas ketika menyelesaikan suatu naskah. Dan ingat, jika anda menulis tetapi tidak menyelesaikannya maka anda tidak akan mendapat kebaikan,” lanjutnya dengan ekstrim.

KOREKSI
Peserta dipersilahkan mengajukan pertanyaan. “Jika Mbak merasa bebas dalam menulis, bagaimana dengan teknik penulisan itu sendiri?” Lia dari Ciceri, bertanya. Idris dari UNMA melontarkan kegelisahan tentang kecendrungan karangan Asma yang ke remaja, target yang harus dicapai, dan menggali ide/inspirasi. ”Kalau untuk menulis, agar tidak monoton itu bagaimana, Mbak?” Ain menyusul dengan pertanyaan lain.

Setelah tersenyum sebentar, adik kandung Helvy Tiana Rosa ini memaparkan, bahwa dirinya tidak menginginkan dikotomi sastra dan jangan terpaku pada peraturan. Dari pada kita terus memikirkan teknik penulisan, terus kapan nulisnya? Yang penting prakteknya. Ketika menulis muntahkan saja semua tenaga seperti sewaktu memuntahkan makanan, jangan ragu-ragu. Setelah itu jangan lupa untuk mengkoreksinya. “Menulislah dengan hatimu dan koreksilah dengan pikiranmu. Menulis dalah keterampilan dan keterampilan bisa diasah dan dipelajari!” tambahnya dengan pasti.

Mengenai karangannya yang kebanyakan bertemakan remaja dan komedi, Asma menjelaskan, “Sebenarnya tidak semua karya saya bertema komedi dan remaja, tetapi banyak juga karya serius dan dewasa, seperti dalam novel terbaru saya ‘Cinta Laki-laki Biasa’.”
Kemudian Asma mengomentari tentang target apa saja yang harus digapainya. Menurutnya, penulis pemula harus memasang target yang harus ia kejar untuk menumbuhkan vitalitas sebagai penulis. Seperti rencananya yang ia paparkan, “Sewaktu saya menjadi penulis pemula, saya menginginkan 3-5 buku dalam setahun yang harus saya tulis. Dengan syarat saya harus menyerbu majalah Islam, majalah umum, dan koran,” paparnya. Masih menurut pendapatnya, bahwa bagi penulis pemula dalam jangka 3 bulan harus menghasilkan cerpen, 6 bulan merambah ke media, dan satu tahun harus sudah punya buku. Target-target ini harus kita rencanakan dan harus benar-benar diperhatikan bagi para calon penulis biar lebih jelas dan terperinci. “Dan saya pun masih ingin menulis lebih baik lagi,” lanjutnya. Dan tentang ide, itu banyak sekali di sekeliling kita, tinggal kita mencarinya dan merekam dalam otak kita. Dan yang paling penting adalah banyak baca.

SEKOLAH
Laylawati bertanya. “Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, saya merasa kesulitan ketika menyuruh anak didik saya untuk menulis atau membuat suatu karangan. Bagaimana Mbak untuk membuat mereka tertarik melakukannya?” Memang anak-anak atau remaja selalu tidak mau jika diceramahi. Mereka lebih gampang menyerap sesuatu dari iklan atau apa pun yang terlintas di hadapan mereka.
“Memang bagi mereka tugas dari sekolah sangat membebani. Tetapi tinggal bagaimana membuat How fun it’s to be writer! Asma membuka opininya. Lalu ia menawarkan solusi dengan cara mengundang penulis untuk datang ke sekolah-sekolah dan menjelaskan, bahwa menjadi seorang penulis itu enak sekali, selain mendapatkan royalti juga menambah ilmu dan relasi.
Akhirnya Najwa Fadia yang kumpulan cerpen terbarunya Panggil Aku Bunga bersama Ibnu Adam Aviciena, memandu acara terakhir dan yang ditunggu-tunggu, door prize. Peserta pun semakin antusias mengikutinya. Pertanyaan pun bermacam-macam, bahkan ada pertanyaan, siapa nama bayi Gola Gong yang pada Minggu (24/4) pagi dilahirkan? Dan acara jumpa pengarang ditutup.
“Acara ini sangat bagus sekali. Dan alangkah lebih bagus lagi diterapkan di sekolah-sekolah atau kampus-kampus,” komentar Sholikin, mahasiswa semester 4 Sastra UNMA Carenang. Naimah, guru di Ponpes Darul Istiqomah, mengomentari acara seperti dilaksanakan di pesantrennya juga, agar menumbuhkan minat baca dan tulis bagi para santri.
Sambil melayani peserta yang meminta tanda tangan, Asma mengatakan, “Penulis Serang mempunyai kesempatan yang besar untuk mempublikasikan dirinya melalui Rumah Dunnia, FLP Serang, dan media lokal seperti Rdar Banten atau pun nasional. Saya optimis.” Ketika ditanya pesan bagi Rumah Dunia, Asma yang juga ditemani penulis dari Jakarta, Biru Laut, berkata bahwa Rumah Dunia harus membuka cabang sebanyak-banyaknya.[Qofal F, anggota kelas menulis V RD dan mahasiswa TBI IAIN]

Radar Banten, 28 April 2005

dimuat secara utuh dari milis 1001buku

0 Comments:

Post a Comment

<< Home