M n E m O n I c [mne·mon·ic]

a. pertaining to or aiding memory; n. device to aid memory. mnemonical, a. mnemonize, v.t. make into a mnemonic. mnemonism, n. practice of mnemonics. mnemonics, mnemotechny, n. system of improving memory. © From the Hutchinson Encyclopaedia. Helicon Publishing LTD 2000.

Thursday, June 09, 2005

Melihat Alam, Menunggu Gempa

Glorianet - Gempa ... Lindu ... Earthquake ... Jishin ...Apa pun namanya, yang jelas jenis bencana alam yang satu ini sedang jadi pembicaraan orang di mana-mana, menyusul berbagai tragedi besar yang terjadi akhir-akhir ini akibat gempa. Berdasarkan catatan 6 bulan terakhir ini, berikut berbagai gempa yang terjadi di Indonesia (tanah tumpah darah) dan Jepang (tanah tempat tinggal sementara ini):
- 23 Oktober 2004, gempa di Niigata prefektur, Jepang (6,8 skala Richter).
- 12 November 2004, gempa di pulau Alor, NTT, Indonesia (6 skala Richter).
- 26 November 2004, gempa di Nabire, Papua, Indonesia (6,4 skala Richter).
- 29 November 2004, gempa di Hokkaido, Jepang (7,1 skala Richter).
- 26 Desember 2004, gempa di Banda Aceh, Indonesia. Kekuatan 8,9 skala Richter disusul gelombang tsunami dengan ketinggian mencapai 48 meter.
- 20 Maret 2005, gempa di Fukuoka prefektur, Jepang (7,8 skala Richter).
- 28 Maret 2005, gempa di pulau Nias, Indonesia (8,7 skala Richter).
(Maaf, untuk negara-negara yang lain sementara ini tidak tercatat)
Yang jelas juga, gempa-gempa yang terjadi itu mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia, entah berapa banyak yang luka-luka dan entah berapa banyak rumah/bangunan yang runtuh.
Apakah sekian banyak korban jiwa yang jatuh itu disebabkan oleh kesulitan memprediksi kapan datangnya gempa, atau sedikitnya informasi tentang gempa yang diketahui orang? Bisa jadi keduanya. Terus terang, selama tinggal di Indonesia, saya tidak tahu sedikit pun tentang tentang gempa kecuali dari buku Geografi. Lagipula, di Indonesia sendiri juga relatif jarang ada gempa. Tidak heran jika penduduknya seolah tidak peduli dengan bahaya gempa ini. Pengetahuan saya baru bertambah sejak tinggal di Jepang, negara yang kebetulan posisinya terletak di garis zona pertemuan dua lempeng bumi yang kerap bergeser. Di Jepang gempa memang sudah seperti kejadian "rutin" dan penduduknya sangat sadar akan bahaya gempa dan mengetahui apa yang
harus dilakukan jika terjadi gempa.
Baru-baru ini ada acara yang sangat menarik tentang gempa di Fuji TV. Di situ dijelaskan gempa itu apa, apa saja impact-nya dan bagaimana cara penyelamatan diri darurat yang dapat dilakukan setiap orang jika terjadi gempa. Mungkin orang Indonesia yang tinggal di Jepang juga sempat menonton acara ini. Tapi bagi yang tidak menonton, saya akan membagikan informasinya.
Kalau gunung mau meletus, masih relatif memungkinkan dilakukan tindakan antisipasi lebih awal, misalnya mengevakuasi penduduk. Karena aktivitas perut gunung masih memungkinkan untuk dipantau. Kalau angin typhoon mau dateng juga masih memungkinkan diketahui kapan datengnya, dibaca pergerakan arahnya dan malah diukur kecepatannya. Tapi gempa itu lain .... Gempa tidak bisa diprediksi lebih awal.
Tidak ada penelitian yang bisa dengan tepat memperkirakan kapan dan di mana gempa akan terjadi, serta seberapa besar kekuatannya. Itulah sebabnya kenapa gempa itu sangat berbahaya. Namun, walaupun sulit diprediksi lebih awal, ada beberapa fenomena alam yang patut dicermati dan dapat dianggap sebagai tanda peringatan akan terjadinya gempa.
1. Mulai sekarang, saat jalan sekali-seklai lihat ke langit.
Jika di langit ada awan berbentuk aneh seperti angin puting beliung atau seperti pohon atau seperti batang (vertikal) kemungkinan besar itu adalah awan yang disebut sebagai Awan Gempa yang biasanya muncul sebelum gempa terjadi.
Awan berbentuk aneh itu terjadi karena adanya gelombang elektromagnetis yang berkekuatan sangat besar dari dalam perut bumi, sehingga 'menyerap' daya listrik yang ada di awan. Oleh karena itu bentuk awan seperti terisap ke bawah. Gelombang elektromagnetis itu sendiri terjadi akibat adanya pergeseran atau patahan lempeng bumi. Tetapi, jika ada awan seperti itu di langit, belum tentu itu awan gempa. Mungkin aja karena asap pesawat atau memang bentuk awannya dari sananya udah begitu. Nah, untuk memastikan itu awan gempa atau bukan, coba liat nomor 2.
2. Coba lakukan uji medan elektromagnetis di dalam rumah.
- Cek siaran TV, tiba-tiba "brebet-brebet" atau tidak.
- Kalau ada mesin faksimili, coba cek apakah lampunya tiba-tiba blinking padahal sedang tidak mentransmit data.
- Coba suruh orang lain untuk mengirim fax kepada kita, cek apakah fax yang kita terima teksnya berantakan atau tidak.
- Coba matikan arus listrik. Cek apakah lampu neon tetap menyala redup/remang walaupun tidak dialiri arus listrik.
Jika TV tiba-tiba "brebet-brebet", lampu fax blinking padahal sedang tidak transmitting, fax yang kita terima teksnya berantakan dan lampu neon tetap menyala walaupun listrik mati, itu berarti memang sedang terjadi gelombang elektromagnetis luar biasa yang kasat mata dan tidak dapat dirasakan manusia. Tetapi, jika ada awan gempa di langit dan terbukti ada gelombang elektromagnetis luar biasa, belum tentu juga akan terjadi gempa. Nah, untuk memastikan lebih lanjut, coba lihat no. 3.
3. Perhatikan hewan-hewan.
Amati apakah hewan-hewan seperti "menghilang", lari atau bertingkah laku aneh/gelisah ... Biasanya insting hewan sangat tajam dan hewan bisa merasakan gelombang elektromagnetis.
Nah, kalau ketiga tanda tersebut ada atau terlihat dalam waktu bersamaan, maka Anda harus segera melakukan tindakan antisipasi. Tiga tanda tersebut kemungkinan besar menunjukkan bahwa memang akan terjadi gempa berkekuatan besar. Sebisa mungkin segera lakukan tindakan penyelamatan diri.
Walaupun sudah terlihat di langit, awan gempa tetap tidak menunjukkan kapan persisnya gempa akan terjadi. Awan seperti salah satu foto di atas terlihat di langit Kobe 8 hari sebelum gempa Kobe terjadi tahun 1995. Sebelumnya di tahun 1993, awan gempa terlihat satu hari sebelum gempa Kagoshima. Namun, awan seperti itu hanya terlihat 4 jam sebelum terjadi gempa Niigata 2004. Oleh karena itu, jika Anda melihat awan gempa dan memang sudah ada tanda-tanda seperti yang disebut di atas, secepat mungkin selamatkan diri Anda dan keluarga untuk menghindari kemungkinan yang paling
buruk.
Bagaimana jika gempa besar telanjur terjadi sedangkan kita sama sekali tidak siap? Yah ... selain pasrah dan berdoa, kalau bisa juga sigap. Cepat buka pintu akses keluar lebar-lebar, tetapi jangan langsung lari ke luar. Lebih baik berlindung di bawah meja, karena jika berhamburan keluar rumah, bisa-bisa nanti kepala kita kejatuhan benda-benda keras yang berjatuhan dari atas. Kenapa harus membuka pintu lebar-lebar? Karena dikhawatirkan jika bangunan rumah rusak akibat getaran, akibatnya akan terjadi tekanan dan membuat pintu macet, sulit dibuka. Jika rumah hampir roboh dan pintu tidak dapat dibuka malah bahaya, kita bisa tertimbun di dalam. Makanya,
ingat ... langsung buka pintu akses keluar.
Gempa berkekuatan besar tentu saja ada impact-nya, yang dapat berwujud bencana jenis lain. Jika skala gempanya besar dan episentrumnya di dasar laut, kita harus selalu waspada akan bahaya datangnya gelombang Tsunami.
Tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter seperti yang terjadi di Aceh, atau bisa juga hanya sekitar 2 meter. Namun, walaupun hanya 2 meter, kekuatan gelombangnya sangat dahsyat (seperti tidak ada habisnya) dan tekanannya bisa mencapai 190 kilogram. Bayangkan jika tubuh kita tertimpa beban seberat itu.
Beberapa hal yang dapat dijadikan tanda akan datangnya gelombang Tsunami adalah laut tiba-tiba menyurut sampai agak jauh ke tengah dan burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi ke arah darat. Kalau sudah begitu, jangan coba-coba ngambil ikan yang ketinggalan di pasir deh .... Langsung lari ke daerah yang lebih tinggi ... SEGERA!!!
Nah, apa yang harus dilakukan jika tidak sempat lari sementara Tsunami sudah di depan mata? Selain pasrah dan berdoa ... jangan berlindung di balik tembok atau pagar beton karena bisa pecah dan malah membahayakan orang yang berlindung di baliknya. Sebisa mungkin berlindung di balik rimbunan tumbuhan (pohon/tanaman/semak/rawa). Kekuatan gelombang akan terpecah dan tidak terpusat saat membentur tanaman. Salah satu rekaman video ketika kejadian Tsunami Desember lalu menunjukkan seorang turis bule selamat karena berlindung dibalik pohon yang rimbun. Betapa pun dahsyatnya ... yang dapat meredam kekuatan alam ternyata alam itu sendiri.
Impact lain dari bencana gempa bumi adalah kebakaran. Untuk yang satu ini, Jepang memang lebih rawan daripada Indonesia, karena rata-rata bangunan rumah di Jepang terbuat dari kayu. Selain itu penduduk Jepang tidak menggunakan gas tabung elpiji seperti di Indonesia, melainkan gas yang sudah disalurkan melalui saluran-saluran pipa gas di bawah tanah dari perusahaan gas negara langsung ke rumah-rumah. Saat gempa Kobe terjadi, banyak rumah dan bangunan terbakar karena gempa mengakibatkan saluran pipa gas dalam tanah pecah dan bocor. Walaupun begitu, ada baiknya penduduk
Indonesia juga waspada akan bahaya kebakaran pasca gempa, mengingat banyak lokasi pemukiman padat penduduk.
Sehebat-hebatnya manusia, tetap saja hanya titik kecil di dunia. Namun, Tuhan itu baik. Buktinya, walaupun ada bencana alam dahsyat, manusia tetap masih diberi kesempatan untuk menyelamatkan diri dan kalau selamat supaya menjadi manusia yang lebih baik. (GCM/tia-*)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home